Penyebab gangguan siaran pada Parabola TV dan VSAT. Satu hal yang sangat penting untuk selalu harus dipenuhi adalah bahwa informasi yang dikirimkan dapat diterima ditempat lain dengan baik tanpa cacat, sesuai informasi aslinya dan dengan waktu penyampaian yang cepat. Salah satu penyebab gangguan link pada komunikasi satelit adalah gangguan interferensi. Interferensi pada sistem komunikasi satelit ialah diterimanya sinyal yang tidak diinginkan oleh pesawat penerima pada stasiun bumi atau satelit, yang berasal dari sistem lain dan mempunyai frekwensi yang sama. Interferensi ini terjadi jika bisa terjadi pada lintasan Uplink dan Downlink.
Beberapa kemungkinan interferensi yang terjadi pada sistem komunikasi satelit antara lain :
1. Sun Interference
1. Sun Interference
Seperti halnya bulan, maka pada suatu saat antara stasiun bumi, satelit dan matahari berada pada lintasan garis lurus. Sehingga frekwensi carrier yang dipancarkan oleh satelit akan terinterferensi oleh matahari, karena matahari sendiri fungsinya sebagai pemancar juga. Fenomena ini dalam komunikasi satelit dikenal dengan istilah SUNOUTAGE yang berlangsung maksimal selama 15 menit dan terjadi dua kali dalam setahun, untuk wilayah Indonesia pada umumnya terjadi pada bulan maret dan september, yang akan mengganggu lalulintas komunikasi data.
2. Intermodulasi
Dalam pengoperasian stasiun bumi dimungkinkan untuk memancarkan beberapa carrier frekwensi yang di combine, kemudian di kuatkan dengan menggunakan sebuah High Power Amplifier (HPA) atau SSPA. Akibat dari sifat penguat yang tidak linear mengharuskan pengoperasian SSPA yang di Back-Off beberapa dB (minimal 7 dB), agar Intermodulation Product yang terjadi masih dalam batas 28 dBC down, atau minimal 28 dB bedanya (lebih baik lagi bila beda makin besar). Selain terjadi pada penguatan stasiun bumi, hal yang sama juga akan terjadi pada transponder satelit. Besarnya output backoff untuk palapa C adalah 4.5 dB dibawah titik saturasi.
3. Interferensi Cross-Pol Kanal RF
Bandwidth satelit adalah sumber daya yang terbatas, untuk meningkatkan kapasitasnya digunakan frekwensi re-use dengan kanal RF dipolarisasi orthogonal. Polarisasi yang digunakan pada satelit palapa C adalah polarisasi linear, dan ketentuan satelindo untuk besarnya isolasi Cross-Poll minimal adalah 30 dB (C/Xpol > 30 dB). Gambar disamping memperlihatkan adanya 3 carrier pada transponder dengan polarisasi horisontal akibat interferensi dari carrier tranposnder polarisasi vertikal. Dapat dipahami bahwa pengaturan isolasi Cross-Pol pada sebuah antena stasiun bumi sangatlah penting, karena cross pol yang tidak baik akan mengakibatkan carrier kita mengganggu carrier lain yang beroperasi pada polarisasi yang berbeda. Maka sewaktu instalasi dan pengarahan, pointing, peaking antena dan pengaturan OMT haruslah seteliti mungkin.
4. Interferensi Antar Satelit Yang Berdekatan
Interferensi ini diakibatkan oleh jarak antar satelit yang berdekatan (adjacent satelit) juga patern antena stasiun bumi yang tidak baik. Hal ini terjadi karena coverage dari satelit mempunyai cakupan daerah dan beroperasi pada frekwensi yang sama, sedangkan jarak satelit normalnya sekitar 20 . Oleh sebab itu untuk sistem komunikasi diharuskan menggunakan antena yang mempunyai spesifikasi side-lobe sebagai berikut :
G(φ) = 29 –25 log (Φ) ……………………………………..(2.1)
Dimana :
Φ = Sudut side-lobe antena
Dalam perhitungan interferensi antar satelit ada dua tipe yaitu interferensi Uplink dan interferensi Downlink. Interferensi antar satelit ini lebih disebabkan oleh sidelobe dari antena yang digunakan. Perhitungan interferensi antar satelit disimbulkan dengan C/Iadj
C/Iadj = G-29+25 Log (φ) ……………………………………(2.2)
Bila ada 2 satelit yang ada disebelahnya maka :
C/Iadj = G-29+25 Log (φ) – 3 ……….. ………………………(2.3)
Dimana :
G = Gain Antena (dBi),
Untuk C/Iadj Uplink menggunakan Gain Transmit antena
Untuk C/Iadj Downlink menggunakan Gain Receive antena
φ = Sudut jarak antar satelit , yaitu 2 derajat
Interferensi ini diakibatkan oleh jarak antar satelit yang berdekatan (adjacent satelit) juga patern antena stasiun bumi yang tidak baik. Hal ini terjadi karena coverage dari satelit mempunyai cakupan daerah dan beroperasi pada frekwensi yang sama, sedangkan jarak satelit normalnya sekitar 20 . Oleh sebab itu untuk sistem komunikasi diharuskan menggunakan antena yang mempunyai spesifikasi side-lobe sebagai berikut :
G(φ) = 29 –25 log (Φ) ……………………………………..(2.1)
Dimana :
Φ = Sudut side-lobe antena
Dalam perhitungan interferensi antar satelit ada dua tipe yaitu interferensi Uplink dan interferensi Downlink. Interferensi antar satelit ini lebih disebabkan oleh sidelobe dari antena yang digunakan. Perhitungan interferensi antar satelit disimbulkan dengan C/Iadj
C/Iadj = G-29+25 Log (φ) ……………………………………(2.2)
Bila ada 2 satelit yang ada disebelahnya maka :
C/Iadj = G-29+25 Log (φ) – 3 ……….. ………………………(2.3)
Dimana :
G = Gain Antena (dBi),
Untuk C/Iadj Uplink menggunakan Gain Transmit antena
Untuk C/Iadj Downlink menggunakan Gain Receive antena
φ = Sudut jarak antar satelit , yaitu 2 derajat
5. Interferensi Oleh Transmisi Radio FM
Selain 70 Mhz, ada beberapa tipe perangkat VSAT (Modem dan U/D Converter) yang menggunakan setting center frekwensi IF-nya pada 140 Mhz dengan band frekwensi antara 104 - 176 MHz, seperti terlihat pada gambar dibawah.
Dengan demikian memungkinkan sinyal radio FM masuk dalam sistem stasiun bumi melalui terminasi konektor, shielding dan grounding perkabelan yang tidak sempurna. Sinyal radio FM tersebut bila masuk dalam sisi transmit Up-Converter akan ikut serta ditransmisikan sebagai sinyal RF yang dipancarkan menuju ke satelit, seperti tampak pada gambar berikut
6. Interferensi Oleh Transmisi Gelombang Mikro Teresterial
Gelombang Mikro (microwave) merupakan gelombang elektromagnetik yang berfrekwensi tinggi, yang mempunyai panjang gelombang antara 1millimeter sampai 1 meter. Microwave menempati tiga band frekwensi yaitu band UHF(Ultra High Frekwensi) : 0,3 – 3 Ghz, band SHF(Super High Frekwensi), dan band EHF(Extremelly High Frekwensi) : 30 – 300 Ghz.
Gelombang Mikro (microwave) merupakan gelombang elektromagnetik yang berfrekwensi tinggi, yang mempunyai panjang gelombang antara 1millimeter sampai 1 meter. Microwave menempati tiga band frekwensi yaitu band UHF(Ultra High Frekwensi) : 0,3 – 3 Ghz, band SHF(Super High Frekwensi), dan band EHF(Extremelly High Frekwensi) : 30 – 300 Ghz.
Dalam pemilihan lokasi antena stasiun bumi, sering sekali mengabaikan kemungkinan gangguan (interferensi) transmisi gelombang mikro sekitarnya. Acapkali survey yang dilakukan hanya mencakup aspek antena dan path obstruction, tanpa disertai pendataan spektrum RF yang terdapat pada lokasi, atau gangguan lainnya yang ditimbulkan oleh mesin-mesin listrik, lalu-lintas kendaraan serta kemungkinan spurious dari pemancar radio (Siaran & omunikasi) yang terlalu kuat. Interferensi ini sering disebut sebagai Interferensi Lokal karena hanya terjadi disekitar stasiun bumi saja. Interferensi inilah yang terjadi pada PT.POSINDO SOLO sebagai bahan bahasan. Pada prakteknya banyak lokasi (antena) stasiun bumi yang sangat tidak memadai sehingga setelah semua selesai instalasi, dapat saja kwalitas penerimaannya buruk atau tidak dapat memenuhi spesifikasi tertentu, sering down atau sulit sinkronisasi, Bit Error Rate tinggi dan keluhan-keluhan lainnya.
Bila pada lokasi tersebut memang dialami Interferensi RF jenis tersebut, maka penanggulangannya akan sulit sekali . Beberapa cara penanggulangannya adalah dengan pemasangan Shielding (Sangkar Faraday) seperti yang ditunjukkan pada Gambar diatas atau me-relokasi antena dan bahkan pemindahan stasiun bumi.
0 comments:
Post a Comment